Fenomena artis yang terjun kedalam
dunia perpolitikan Indonesia
(H. Rhoma Irama
yang akan mencalonkan diri sebagai presiden RI tahun 2014)
Makalah
ini dibuat dalam rangka membantu terselesaikannya materi kuliah pada mata
kuliah Dasar-Dasar IPS
Disusun
oleh:
Arum
Budiarti
Alfiah Safitri
Farah Khoirun Ni’mah
Ibnu Rusyd
Mulyana
JURUSAN
ILMU AGAMA ISLAM
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS
NEGERI JAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kemerdekaan
hak perorangan dalam mencalonkan diri untuk pembangunan masyarakat telah
tercantum dalamUUD'45 Pasal 28 yang menyebutkan "Kemerdekaan berserikat
dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya
ditetapkan dengan undang-undang", kemudian pada Pasal 28C disebutkan
pula (1)Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan
dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi
kesejahteraan umat manusia. (2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya
dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa,
dan negaranya. Hal ini menunjukkan bahwa hukum di Indonesia menjunjung
tinggi hak warga negaranya dalam berpolitik.
Masalah utama dalam pembahasan ini
adalah fenomena artis yang terjun kedalam ranah perpolitikan salah satunya yang
sedang hangat dibicarakan yakni raja dangdut Indonesia yang akan mencalonkan
diri sebagai calon president Republik Indonesia H. Rhoma irama. Tentu saja hal
ini menarik untuk dibahas karena menimbulkan pro dan kontra dikalangan
masyarakat. Dunia keartisan dan dunia politik memang jauh berbeda. Maka,
masyarakat khawatir jika para artis menjadi politisi akan berdampak pada skala
nasional pemerintahan. Dengan latar belakang keartisan tanpa ada latar belakang
perpolitikan, hal ini menjadi penilaian tersendiri bagi masyarakat tentang
pantas atau tidaknya seseorang memimpin. Selain ada yang bertentangan adapula
yang setuju-setuju saja. Menurut pihak yang pro dengan hadirnya politisi dari
kalangan artis bahwa setiap warga negara mempunyai kemerdekaan dalam berserikat
dan berkumpul. Hal tersebut menjadi bagian dari hak asasi bagi setiap individu.
Jadi sah-sah saja bagi siapa saja yang terjun langsung dalam ranah perpolitikan
Indonesia.
B. Rumusan masalah
·
Seperti
Apakah Fenomena Artis Terjun ke Dunia Politik?
·
Bagaimanakah Pencalonan H.
Rhoma Irama menjadi Calon Presiden?
·
Apa Sajakah Pro dan Kontra dari
Pencalonan Capres H. Rhoma Irama?
·
Faktor-Faktor apa saja yang
mempengaruhi H. Rhoma Irama dalam mencalonkan diri jadi Capres 2014?
C. Tujuan
Adapun
tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk menjelaskan beberapa hal, yakni
sebagai berikut Mengetahui
dan mempelajari masalah-masalah sosial yang sedang hangat dibicarakan yaitu
tentang pencapresan H. Rhoma Irama.
· A. Menjelaskan maksud Fenomena
Artis Terjun ke Dunia Politik Indonesia Khususnya Dalam hal H. Rhoma Irama
yang mencalonkan diri menjadi calon presiden 2014.
· B.
Menggambarkan bagaimana Pencalonan H. Rhoma Irama menjadi calon
presiden.
· C.
Memberikan gambaran Pro
dan Kontra dari Pencalonan Capres H. Rhoma Irama.
· D.
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi H. Rhoma Irama dalam mencalonkan diri
jadi Capres 2014.
Bab II
Pembahasan
A.
Fenomena
Artis Terjun ke Dunia Politik
Panggung politik dalam negeri belakangan ini
makin diramaikan kehadiran artis. Tak ada yang tahu pasti apakah ketertarikan
sejumlah selebritis itu terjun ke politik karena sekadar memanfaatkan
popularitas ataukah memang punya kapasitas. Yang pasti, pentas politik negeri
ini diwarnai fenomena baru, yakni “selebritis politik”. Dan, fenomena artis
terjun ke politik tampaknya bakal semakin tak terbendung.
Melihat para artis ini menjadi pemimpin yg
berhasil membawa negeri ini keluar dari “keterpurukan” yg berkepanjangan, bisa
di lihat dari para artis sebelumnya yg sdh dulu terjun ke dunia politik. Apakah
ada kontribusi atopun kinerja mereka yg patut di ingat oleh kita? Apakah ada perubahan² yg
sdh mereka lakukan selama ini utk seluruh rakyat Indonesia? Saya fikir mereka sama
seperti pemimpin-pemimpin yg lain dari kalangan di luar artis. Sama-sama diberikan akal
fikiran dan sama-sama makan nasi, hanya bakat dan ketenarannya yg membedakan. Di
khawatirkan dari para artis ini adalah bilamana bakat actingnya itu di bawa ke
dunia nyata, dunia politik dan dunia penuh intrik ini. Akan seperti apa
sandiwaranya di depan “sidang” tapi
bukan di depan camera rumah produksi film?
Partai Amanat Nasional (PAN) merupakan salah
satu partai yang banyak dilirik kalangan artis untuk terjun ke panggung
politik. Sedikitnya 20 artis telah menyatakan siap menjadi caleg dari PAN untuk
kursi DPR RI. Antara lain Derry Dradjat dari daerah pemilihan (dapil) Jawa
Barat, Ardian Maulana (Sumatera Barat), Eko Patrio (Jawa Timur), Marini
Zumarnis dan Wanda Hamidah (DKI), Wulan Guritno (Jawa Tengah), Ikang Fauzi
(Banten), dan pelawak Cahyono (Jawab Barat). Banyaknya artis yang bergabung
dengan PAN, sampai-sampai ada yang memplesetkan singkatan PAN menjadi ‘Partai
Artis Nasional’.
Seolah tak mau kalah dengan PAN, sejumlah
parpol lain juga mengusung caleg dari kalangan artis. PPP, misalnya,
menggandeng Marissa Haque, Evie Tamala, Lyra Virna, Ferry Irawan, Okky
Asokawati, Ratih Sanggarwati, dan Julia Perez. Sementara Partai Golkar
mencalonkan Tantowi Yahya, Jeremy Thomas, dan Nurul Arifin.
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pun ikut
memburu artis. Sejauh ini, artis yang sudah mendaftar adalah Teuku Firmansyah.
Sedangkan Partai Bintang Reformasi (PBR) menawari Dewi Yull sebagai caleg.
Sementara Partai Damai Sejahtera (PDS) mendaulat Maya Rumantir, Bella Saphira,
dan Tessa Kaunang menjadi kader partai sekaligus caleg mereka.
Tak hanya membidik kursi legislatif,
sejumlah selebritis juga mencoba peruntungan dalam pemilihan kepala daerah
(pilkada). Sebut saja Primus Yustisio, Syaiful Jamil, dan Ayu Soraya.
Sebelumnya, Dede Yusuf sukses menduduki kursi wakil gubernur Jabar. Sementara
Rano Karno terpilih menjadi wakil bupati Tangerang.
Rhoma Irama menyatakan diri maju dalam
pemilihan presiden ini adalah rangkaian dari proses politik yang terjadi di
Indonesia semenjak era reformasi, di mana banyak artis menjadi anggota DPR,
DPD, dan DPRD, serta menjadi kepala daerah atau wakilnya. Para artis terjun
dalam dunia politik, disebabkan karena kemauan dirinya sendiri, ada pula karena
diajak dan difasilitasi oleh partai politik.
Faktor diajak dan difasilitasi oleh partai
politik lebih dominan dibanding dengan kemauan dirinya sendiri. Partai politik
melihat kepopuleran artis mampu sebagai pendulang suara dan ini terbukti dengan
banyaknya artis terpilih menjadi wakil rakyat dan kepala daerah. Di DPR banyak
artis seperti Jamal Mirdad, Nurul Arifin, Miing Bagito, Vena Melinda, Primus,
Eko Patrio, dan lain sebagainya. Sedang yang menjadi kepala daerah atau
wakilnya seperti Dede Yusuf, Rano Karno, dan masih ada yang lainnya lagi.
B. Pencalonan H. Rhoma Irama
Pengamat politik
dari LIPI, J Kristiadi, mengatakan Rhoma Irama berhak mendeklarasikan diri
sebagai calon presiden untuk bertarung pada pemilu 2014. Namun, dia menilai
raja dangdut itu belum layak menjadi calon presiden.
"Itu hak
Rhoma dan hak yang mencalonkan, tapi belum patut karena pemilihan presiden
ukurannya berbeda," Kata J Kristiade, usai menghadiri acara seminar di
Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Selasa 4 Desember 2012.
Dia menambahkan,
Rhoma akan banyak mendapatkan kesulitan untuk pencalonannya. Meskipun sejumlah
partai, seperti Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), telah melakukan penjajakan,
pencalonan Rhoma tidak akan mudah. "Apalagi belum ada survei yang
menunjukkan elektabilitasnya," kata dia.
Selain itu,
lanjut Kristiadi, meski pernah tercatat sebagai pengurus Partai Persatuan
Pembangunan (PPP), pengalaman Rhoma di dunia politik belum cukup untuk maju
dalam pemilihan presiden 2014. "Rhoma belum masuk ke ranah itu," kata
dia.
Sebelumnya,
Rhoma bertemu dengan para petinggi PKB di Jakarta. Dalam pertemuan itu, PKB
melakukan penjajakan kemungkinan mencalonkan Rhoma sebagai capres 2014. Selain
Rhoma, PKB juga menjajaki tokoh lain untuk dicalonkan. Sementara itu, Rhoma
menyatakan telah siap jika dicalonkan pada pemilu 2014.[1]
Dapat dikatakan sesuatu itu sama, karena ada
hal yang membuatnya dapat dikatakan berbeda. Jika dikatakan bahwa semua agama
itu sama, tentu tidak dapat dipungkiri bahwa semua agama itu juga berbeda.
Dalam konteks ke-Indonesia-an, mengingat
minimnya budaya toleransi dan kurangnya sikap menghargai perbedaan, menonjolkan
persamaan agama-agama itu menjadi hal yg lebih penting dibandingkan menonjolkan
perbedaan agama-agama. Dan memang sebenarnya tidaklah penting menonjolkan
perbedaan agama-agama.
Sepertinya Bang Haji Rhoma Irama tidak memahami
spirit Pancasila dan Konstitusi, yang “menyamakan semua agama”. Saya semakin
yakin Bang Haji Rhoma Irama tidak pantas menjadi Presiden RI atau sekedar
mencalonkan diri sebagai Presiden RI.
Pemilu Presiden masih dua tahun lagi. Namun
perkumpulan ulama dan Habaib di Jakarta, yang tergabung dalam Wasiat Ulama
(Wasilah Silaturahim Asatidz Tokoh dan Ulama), sudah menyatakan dukungan kepada
penyanyi dangdut sekaligus mubaligh, Rhoma Irama, sebagai Calon Presiden 2014.
Ketua Umum DPP Wasiat Ulama, Fachrurrozy
Ishaq, menyatakan dukungan ini diberikan lantaran Rhoma dianggap paling tepat
sebagai calon presiden alternatif bagi umat Islam di Indonesia."2014 umat
Islam harus punya pilihan Capres alternatif, para Habib dan ulama melihat Rhoma
Irama pantas dicalonkan menjadi RI-1 periode 2014-2019. Kami menyatakan
dukungan sepenuhnya kepada beliau," ujar Fachrurrozy di markas Wasiat
Ulama di kawasan Jatinegara, Jakarta, 8 November 2012.
Menurut Rozy, Rhoma Irama yang pada
Pemilukada DKI Jakarta lalu sempat tersandung isu SARA, dianggap sebagai sosok
muslim nasionalis yang dapat menjadi calon presiden alternatif di antara
banyaknya tokoh yang disebut-sebut akan mencalonkan diri pada 2014
nanti."Umat butuh pemimpin Muslim yang nasionalis. Selama ini capres yang
ada adalah sosok nasionalis yang Muslim. Rhoma adalah sosok ulama yang
konsisten menegakkan amar ma'ruf nahi munkar," katanya.
Selain alasan tersebut, sang Raja dangdut
juga dianggap sebagai seorang tokoh nasional yang sangat populer di tengah
masyarakat, khususnya masyarakat Islam baik nasional maupun internasional.
"Ia juga memiliki jiwa kepemimpinan yang tangguh. Selama ini dia memimpin
Soneta grup selama 40 tahun lebih, dan Soneta sampai saat ini tetap
solid," katanya.
Manfaatkan Ceramah
Untuk mewujudkan hal tersebut, Rozy
mengatakan, selama satu bulan ini para ulama dan Habaib telah melakukan
sosialisasi kepada umat Islam melalui dakwah untuk menjadikan Rhoma Irama
sebagai capres 2014.
"Sosialisasi ke umat kami lakukan
melalui ceramah dimana-mana keliling Indonesia. Dalam ceramah kami selipkan,
dan mereka setuju kalau Rhoma kami jadikan sebagai capres alternatif,"
ujarnya.
Selain itu, untuk menjadikan Rhoma sebagai
capres, pihak Wasiat Ulama akan lobi-lobi politik kepada semua partai Islam.
"Selama ini perolehan suara partai Islam menurun. Kami yakin dengan
menjadikan Rhoma Irama sebagai Capres, perolehan suara Partai Islam akan
naik," ujarnya.
Mengenai pencalonan ini, Rozy sendiri
mengatakan telah berkomunikasi dengan mantan suami artis Angel Lelga itu.
"Saya sudah bilang, dia hanya tertawa, dan mengaku siap bila para ulama
dan Habaib mencalonkannya sebagai capres," imbuhnya.
C. Pro Kontra Pencalonan Capres H. Rhoma Irama
Wacana majunya Raja Dangdut H.Rhoma
Irama sebagai calon presiden (capres) 2014 ramai dibicarakan. Banyak pihak yang
menganggap hal itu hanya sebagai lelucon isu politik dan ada pula yang menilai
hal itu akan berdampak positif.[2]
Namun, anggapan miring terkait
wacana majunya Rhoma Irama sebagai calon presiden bisa menjadi terbalik seperti
halnya kemenangan Joko Widodo (Jokowi) di Pemilihan Umum Kepala Daerah DKI
Jakarta kemarin.
Saat itu, banyak pihak yang meragukan Jokowi
bisa mendulang suara di DKI Jakarta. Sebab posisinya pasangan incumbent Fauzi
Bowo dan Nachrowi Ramli sangat kuat di Jakarta, sehingga mustahil bagi kandidat
lain menang di Jakarta. Bisa jadi yang awalnya dianggap lelucon, malah jadi
beneran. Ada orang sangat serius jadi capres begitu maju kalah. Jokowi siapa
yang sangka. Ketika dia maju jadi cagub DKI, orang dari Solo kampung, dianggap
sebelah mata tapi jadi juga.
Wakil Sekretaris Jenderal Partai Keadilan
Sejahtera, Mahfudz Siddiq, meminta publik jangan terlalu menyepelekan Rhoma
Irama yang ingin maju menjadi calon presiden pada 2014 mendatang. Menurut
Mahfudz, Rhoma Irama juga memiliki beberapa kelebihan dan pendukung yang kuat,
bahkan dapat mengalahkan partai politik. “Komunitas pedangdut itu sangat besar,
bisa mengalahkan partai politik. Saya saja penggemar dangdut,” kata Mahfudz di
Gedung DPR, Selasa 13 November 2012.
Menurut Mahfudz, majunya raja dangdut
H.Rhoma Irama sebagai kandidat calon presiden 2014 adalah sesuatu hal yang
rasional. H.Rhoma Irama di bursa capres 2014 sangat mungkin karena latar
belakang Rhoma Irama yang pernah berpolitik melalui Partai Persatuan
Pembangunan. Meski begitu, Mahfud mengakui niatan tersebut pasti akan menuai
kontroversi di kalangan masyarakat. “Itu opsi-opsi alternatif, bisa-bisa saja.
Rhoma juga bukan orang baru dalam politik. Pro dan kontra suka tidak suka siapa
pun calon akan dihadapkan itu. Tapi hak politik sipil itu kita hargai,”
imbuhnya.
Saat ini Rhoma belum menyampaikan secara
resmi keseriusannya maju di bursa capres 2014. Sebab jika hal itu sudah disampaikan,
maka masyarakat akan melihat apa visi dan misi yang diusung oleh raja dangdut
tersebut.
Pasalnya dari beberapa tokoh nasional yang
sudah terlihat keseriusannya untuk maju tidak membawa visi misi yang baru bagi
kemajuan Indonesia. Sehingga jika H.Rhoma Irama mampu menampilkan visi misi
yang berbeda dan realistis, bukan tak mungkin bisa menjadi salah satu capres
alternatif. Kalau kita jejerkan, sosok figur nasional yang sudah ada sekarang
yang pernah duduk di pemerintahan nyaris tidak menjanjikan suatu yang baru
padahal bangsa ini butuh terobosan baru berangkat dari komitmen ide sikap yang
baru yang memang di luar pakem yang sekarang belum kita lihat.
Rhoma mempersilakan apabila ada partai
politik yang mau meminangnya. Ia sendiri saat ini belum proaktif mendekati
parpol tertentu untuk menggalang dukungan. “Saya belum tahu parpol mana yang
siap menjadi kendaraan politik saya,” kata dia.
Sebelumnya diberitakan, H.Rhoma Irama
menyatakan kesiapannya nyapres di Pilpres 2014. Rhoma cukup populer dan mulai
didekati sejumlah parpol. Bahkan, ia mendapat dukungan dari kalangan ulama di
Jakarta yang tergabung dalam Wasiat Ulama (Wasilah Silaturahim Asatidz Tokoh
dan Ulama). H.Rhoma dianggap pas menjadi calon presiden alternatif bagi umat
Islam di Indonesia. Karena umat butuh pemimpin Muslim yang nasionalis.
Rhoma yang bercita-cita menyebarkan akhlak
mulia jika terpilih menjadi presiden ini menjanjikan akan memperjuangkan
pembersihan korupsi. Bagi Rhoma, seorang presiden tidak harus dibekali
embel-embel gelar akademis, lantaran presiden bukanlah superman.
Rhoma
menyatakan bahwa pencalonan dirinya sebagai calon presiden itu sebenarnya bukan
datang dari dirinya pribadi, melainkan berasal dari desakan para ulama dan umat
muslim. Karena menurut ulama tidak ada lagi sosok pemimpin bangsa ini yang
dapat merepresentasikan umat Islam."Saya maju ini karena desakan ulama dan
umat. Saya bahkan sempat katakan apakah tidak ada figur lain selain saya kepada
ulama-ulama itu, dan mereka bilang hanya Anda yang bisa persatukan umat Islam
" tutur Rhoma.
Pencalonan
Rhoma Irama menjadi capres 2014 pun sempat menuai pro dan kontra, Politikus
Partai Demokrat, Ruhut Sitompul menanggapi santai perihal pencalonan raja
dangdut Rhoma Irama sebagai calon presiden 2014. Menurut Ruhut, elektabilitas
dan pendukung yang dimiliki Rhoma saat ini, belum cukup untuk menjadi modal
calon presiden 2014.Ruhut menyarankan Rhoma mengukur kemampuan sebelum
benar-benar yakin untuk mencalonkan diri. Meski demikian, anggota Komisi III
ini tetap mendoakan agar Rhoma bisa mendapatkan kendaraan politik di Pilpres
nanti.Namun lain halnya dengan Ruhut, Gubernur DKI Jakarta Jokowi Dodo (Jokowi)
malah mendukung wacana pencapresan Rhoma yang didukung para ulama."Oh
bagus, saya mendukung beliau untuk menjadi RI-1," kata Jokowi kepada
merdeka.com.Menurut Jokowi, Rhoma pantas nyapres karena memiliki banyak
penggemar."Saya rasa fans fanatiknya banyak, itu juga bisa jadi
faktor," kata Jokowi.
D. Faktor-Faktor yang mempengaruhi H. Rhoma Irama dalam
mencalonkan diri jadi
Capres 2014
a.
Aspek
Sejarah
Rhoma
menyatakan kesiapannya maju sebagai capres dengan segala konsekuensinya. Ia
bahkan mengaku siap dihujat.[3] Cap selebritis tidak membuatnya
gentar berhadapan dengan kesangsian banyak pihak selama ini. Pria
kelahiran 11 Desember 1946 ini sebenarnya bukan terbilang orang baru dalam
kancah perpolitikan tanah air.
Di masa awal
Orde Baru, Rhoma sempat menjadi maskot penting Partai Persatuan Pembangunan
(PPP) yang bernafaskan Islam. Ia juga sempat menjadi anggota DPR mewakili
utusan Golongan yakni mewakili seniman dan artis pada tahun 1993. Rhoma memang tidak bisa dikatakan sebagai pendatang baru
di kancah perpolitikan Tanah Air. Pada masa awal Orde Baru, Rhoma sempat
menjadi maskot penting Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang bernapaskan
Islami. Ia juga sempat menjadi anggota DPR mewakili utusan Golongan, yakni
mewakili seniman dan artis pada tahun 1993. Pada Pemilu 2004, Rhoma Irama
tampil pula di panggung kampanye PKS.
Dengan
bekal karier politiknya itu maka pelantun lagu 'Begadang' ini meyakinkan
dirinya utuk maju menjadi calon pemimpin bangsa Indonesia.beliau berkata,
pernah didorong untuk mencalonkan capres pada tahun 2004, namun tidak bersedia,
pada 2009 Rhoma dilamar Wapres dan tidak bersedia, untuk sekarang dorongan
ulama kuat sekali, dorongan itu sangat kuat sehingga Rhoma menyatakan
kesiapannya untuk maju menjadi capres
pada tahun 2014.
Peran Rhoma Irama dalam berpolitik
sudah dimulai sejak tahun 1977. Sebagai seorang muslim, Rhoma bersama Soneta
berada dibarisan pendukung PPP, satu-satunya Partai Islam peserta Pemilu saat
itu. Dukungan tersebut harus dibayar mahal dengan dilarangnya Rhoma Irama dan
Soneta tampil di TVRI selama hampir 11 tahun. Pemilu 1982 Rhoma Irama semakin
menancapkan keteguhannya mendukung PPP. Diakui atau tidak, dukungan Rhoma dan
Soneta saat itu mempunyai andil yang cukup besar dalam menumbangkan hegemoni
Golkar di Wilayah DKI Jakarta. Dukungan Rhoma Irama kepada PPP bukanlah
dukungan yang mengharapkan balasan. Rhoma Irama tidak pernah masuk kedalam
pengurusan PPP baik pusat maupun daerah. Ia murni hanya sebatas pengumpul
massa. Dengan kharisma dan nama besar Soneta, ribuan massa secara sukarela
(tanpa mobilisasi) berbondong-bondong hadir disetiap kampanye PPP saat itu.
Atas hal itu, Rhoma Irama dan Soneta
harus berbesar hati menghadapi pencekalan dan ancaman dari pihak penguasa.
Nyatanya pencekalan tersebut tidak menenggelamkan Rhoma Irama dan Soneta tetapi
malah semakin mempopulerkannya. Nama Rhoma Irama dan Soneta menjadi
perbincangan hangat hingga ke luar negeri. William H Frederick, seorang
sosiolog dari Ohio University bahkan menyempatkan diri untuk membuat tulisan
tentang Rhoma Irama. Belum lagi musisi-musisi dunia semacam The Rolling Stones
yang melalui Bill Graham, managernya, menyatakan ingin mengajak Soneta dalam
konser Giant rock Festival di Amerika Serikat namun harus gagal karena harus
melalui pemerintah terlebih dahlulu yang sudah pasti tidak mengijinkan.
Dari sini kita bisa melihat bahwa
Rhoma Irama ternyata bukan hanya seorang pemain orkes biasa. Bersama Soneta, ia
telah menjadi symbol perlawanan terhadap kemapanan yang diciptakan oleh rezim
pemerintah yang berkuasa. Ketakutan pemerintah akan pengaruh musik Rhoma Irama
dan Soneta yang dianggap dapat menggoncangkan hegemoni kekuasaan membuat
pemerintah menetapkan berbagai larangan untuk menghambat kreatifitas Rhoma
Irama dan Soneta. Mundurkah Rhoma Irama dan Soneta? Ternyata tidak, ditengah
pencekalan-pencekalan tersebut Rhoma Irama dan Soneta malah semakin produktif.
Tidak kurang 2 film dan 2 album kaset dikeluarkan setiap tahunnya dan semua
laku keras.
Pada akhirnya pemerintah menetapkan
asas tunggal bagi semua partai peserta pemilu, tidak terkecuali PPP yang harus
menanggalkan asas Islam dan menggantinya dengan Pancasila. Dengan adanya hal
tersebut, Rhoma dan Soneta-pun akhirnya memilih netral. Hingga akhirnya pada
Pemilu 1997, Rhoma memutuskan berada di barisan Golkar dengan alasan sudah
tidak ada lagi partai Islam dan Golkar-pun cenderung telah berubah paradigma
dengan lebih mendekatkan diri kepada hal-hal yang mendukung perkembangan Islam.
Tenangkah Rhoma setelah berada di
barisan Golkar? Ternyata juga tidak. Hujatan sebagai kutu loncat ditujukan
kepada Rhoma Irama. Banyak penggemar Rhoma dan Soneta yang menyesalkan pilihan
Rhoma tersebut. Anehnya hanya kepindahan Rhoma Irama yang disoroti oleh media,
padahal banyak tokoh-tokoh politik lain yang ikut menyebrang pagar dari partai
satu ke partai yang lain tidak diberitakan. Apa artinya ini semua? Artinya
Rhoma Irama memang sosok yang diperhitungkan sehingga setiap gerak dan
langkahnya layak dijadikan headline berita di surat kabar maupun media
elektronik.
Bukan hanya kepindahan partai saja
yang diekspose, poligami dan pemberian gelar professor-pun menjadi berita.
Padahal berapa banyak pejabat dan orang terkenal lainnya yang juga melakukan
poligami, bahkan nyata-nyata melakukan perzinahan namun tetap dielu-elukan
bagaikan pahlawan dan sebelum gelar “palsu” itu diberikan kepada Rhoma Irama,
lembaga pendidikan tersebut sudah terlebih dahulu memberikan gelar tersebut
kebanyak pejabat-pejabat Negara. Dan anehnya hal ini baru mencuat setelah gelar
tersebut diberikan kepada Rhoma Irama. Ini kembali membuktikan bahwa Rhoma
Irama memang luar biasa pengaruhnya terhadap suatu pemberitaan.
Kembali pada pernyataan Denny Iskandar yang menyatakan
Rhoma Irama hanya seorang penyanyi dangdut yang menumpang tenar. Dari beberapa
contoh diatas dapat dikatakan bahwa ucapan Denny Iskandar tersebut adalah
ucapan kekecewaan terhadap putusan Panwaslu DKI yang menyatakan Rhoma tidak
bersalah dalam kasus ceramah yang ditimpakan kepadanya. Sikap Denny yang mendua
terlihat dari berbagai statement-statementnya yang kerap tidak konsisten.
Disatu kesempatan menyatakan rasa hormat terhadap Rhoma Irama, tidak
mempersoalkan isi ceramah, tetapi dilain kesempatan terus menggiring opini baik
secara pribadi maupun melalui tangan “media” yang mendiskreditkan Rhoma Irama.
Tidak mungkin seorang seperti Denny Iskandar tidak mengenal sosok Rhoma Irama
dengan segala kiprahnya baik didunia musik maupun politik. Apalagi didalam
dunia dakwah. Rhoma Irama sudah memulai kiprahnya didunia dakwah sejak tahun
1993.
Rhoma dalam Dunia Politik:
Rhoma dalam Dunia Politik:
ü Bergabung
dengan PPP tahun 1977
ü Bergabung
dengan Golkar tahun 1993
ü Bergabung
dengan PKS tahun 2004
ü Bergabung
dengan PBR tahun 2004[4]
Pada pemilu 2004 Rhoma Irama tampil pula di
panggung kampanye PKS. Menurut Rhoma, tantangan di dunia politik memang cukup
berat dan berliku.
Tetapi, bukan
berarti politik selamanya buruk. Islam bahkan mengajarkan umatnya berpolitik.
"Islam itu mencakup semua hal, termasuk politik itu sendiri.
Kalau ada yang
bilang jangan terjun ke politik, itu salah besar karena politik itu bagian
kecil dari Islam," ujar Rhoma. Pemilik nama asli Raden Irama ini
melanjutkan, untuk sebuah perjuangan tidak ada yang perjalanan yang mulus.
Seorang pemimpin harus siap atas segala rintangannya. "Tidak ada karpet
merah untuk perjuangan. Berjuang mencari keadilan itu pasti beronak berduri.
Seorang pejuang harus siap menghadapi itu," kata Rhoma. Ia mencontohkan
kondisi para nabi yang berjuang menegakkan Islam tetapi kerap dihujat hingga
dibunuh. "Itulah konsekuensi seorang pejuang, bukan karena hujatan harus
mundur. Buat saya hujatan itu vitamin," ucap Rhoma sambil terus
menggerakkan tasbihnya.
b.
Aspek
Antropologi
Akhir-akhir
ini banyak artis yang berbondong-bondong terjun kedunia politik. Banyak
masyarakat yang meragukan kemampuan artis di bidang politik karena tidak semua
artis sekolah di bidang politik. Masyarakat meragukan artis masuk ke dunia
politik karena banyak para artis yang gaya hidupnya glamour atau berfoya-foya.
Apakah pemimpin bangsa yang gaya hidupnya bermewah-mewahan bisa menjadikan
bangsa Indonesia lebih baik. Apakah para artis yang menjadi caleg benar-benar
ingin membawa perubahan Indonesia atau semata-mata ingin popularitas dan arena
pamornya dalam dunia keartisan sudah meredup. Kita sendiri tidak tahu.
untuk
sebagian masyarakat yang kontra dengan fenomena artis yang latah terjun ke
dunia politik menganggap bahwa para artis hanya mengandalkan kepopuleran mereka
untuk mendapatkan dukungan dan suara dalam pemilihan. Para artis menggunakan
kepopuleran mereka yang notabene sering tampil di televisi untuk menjadi modal
utama. Tak jarang mereka mengadakan acara acara sosial untuk mendapatkan
simpati dari masyarakat. Padahal secara umum mungkin pengetahuan mereka kurang
mengenai masalah politik maupun kenegaraan. Bahkan beberapa dari para artis
tersebut tidak hapal sila sila dalam Pancasila. Mereka yang tidak hafal
pancasila bagaimana bisa menjadi wakil rakyat ? Apa bisa mereka memajukan
negara ini ? padahal, seperti yang kita ketahui, Pancasila merupakan ideologi
bangsa Indonesia, lambang negara Indonesia dan merupakan sumber dari segala
sumber hukum yang berlaku di Indonesia. Kurangnya pengetahuan para artis
mengenai wawasan nusantara juga menjadi alasan penting mengapa para artis belum
di anggap pantas untuk terjun dalam dunia politik. Hal ini dianggap penting
karena mencakup secara keseluruhan mengenai cara pandang suatu bangsa terhadap
negaranya baik mengenai ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan
dan keamanan baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hal
ini kemudian menjadi bahan renungan bagi kita. Sudah pantaskah mereka yang
duduk di kursi DPR menjadi wakil-wakil rakyat ? wakil-wakil kita ? penyalur
aspirasi kita ? Sepertinya kita perlu melakukuan berbagai macam koreksi dan
perbaikan terhadap system politik kita yang semakin carut marut.
Para
artis-artis dirasa belum pantas dan belum dianggap mampu menjadi cerminan wakil
rakyat sebenarnya, wakil rakyat yang memperjuangkan nasib rakyatnya. Memang
banyak yang sukses, namun banyak pula yang gagal dalam berbagai macam
pemilihan. Itu karena masyarakat juga dapat menilai siapa yang pantas menjadi
wakil mereka, dan siapa yang hanya mencari kesibukan dengan mengkambing
hitamkan kepentingan rakyat. Padahal nantinya pada saat mereka menjabat, mereka
belum tentu mampu mengemban amanat rakyat, adanya cuma gembar gembor, demo sana
sini. Talk less do more ! mungkin itu yang seharusnya mereka lakukan.
H.Rhoma Irama memiliki kriteria yang memadai
untuk maju. Salah satunya dari segi kesukuan, Rhoma Irama merupakan putra yang
berasal dari wilayah Jawa khususnya Jawa Barat. H.Rhoma Irama orang Jabar,
orang Jabar seperlima pendudukan Indonesia, komunitas pedangdut itu besar dan
jadi massa fanatic. Siapa tak kenal Rhoma Irama. Aksinya mendendangkan dangdut
telah melegenda. Lagu-lagu dangdutnya sangat populer. popularitasnya dalam bidang
itu tak tertandingi.
Rhoma telah digadang-gadang dan didorong
menjadi calon presiden sejak 2004. Dorongan itu tak ditanggapinya. Begitu juga
2009. Dia mengaku dipinang sebagai calon wakil presiden oleh seorang capres.
“Tak perlu disebutlah namanya. Jadi saya juga menolak saya tidak terobsesi
sediki pun,” kata Rhoma kepada wartawan.
Lantas, kenapa sekarang menyatakan siap maju
sebagai calon presiden? Menurutnya, sekarang ini dukungan ulama, dan para habib
itu telah menasional bukan hanya di Jakarta. “Itu indikasinya bahwa Habib
Sechan Syihab, wakil ketua Forum Ulama Habaib Nasional mendorong saya untuk
maju gitu lho,” katanya.
H.Rhoma Irama juga mendapat dukungan maju
capres dari perkumpulan ulama dan habib di Jakarta yang tergabung dalam Wasiat
Ulama (Wasilah Silaturahim Asatidz Tokoh dan Ulama). “Kami mendukung penuh
beliau. Umat butuh pemimpin Muslim yang nasionalis, sementara selama ini capres
yang ada adalah sosok nasionalis yang Muslim,” kata Ketua Umum DPP Wasiat
Ulama, Fachrurrozy Ishaq.
Wasiat Ulama merupakan yang pertama
mendukungnya secara terbuka. Menurut, H.Rhoma Irama jutaan umat Islam di
Indonesia mendesaknya sehingga dia nyatakan kesediaannya. “Saya tidak punya
alasan untuk menolak itu karena desakan ulama ini merupakan amanat dari Alloh yang
harus saya taati mungkin memang sudah perintah Alloh seperti itu. saya harus
tampil, gitu,” ujarnya.
Rhoma mengaku juga mendapat dukungan dari
sejumlah anggota DPR. Namun dukungan itu baru sebatas pribadi, bukan atas nama
partai. “Pribadi-pribadi. tidak atas nama partai tetapi sebagai
pribadi-pribadi, mereka mendorong saya untuk tampil,” katanya.
Sementara itu, Ketua Dewan Pimpinan Pusat
Partai Persatuan Pembangunan, Arwani Thomafi, mengungkapkan bahwa sesungguhnya
banyak kader PPP yang mendukung Rhoma Irama mencalonkan diri sebagai calon
presiden pada Pemilu 2014. “Mereka senang jika Rhoma ikut diwacanakan dalam
Pilpres 2014. Rhoma punya dukungan cukup kuat di partai,” kata Arwani, Selasa,
13 November 2012. Meski demikian, PPP tidak serta-merta bisa mencalonkan
mubalig dan raja dangdut itu pada Pemilihan Presiden 2014.
Rhoma sendiri mengaku, ia merasa terpanggil
menjadi capres setelah melihat kondisi rakyat Indonesia saat ini yang makin
jauh dari cita-cita para pendiri bangsanya. Rhoma yakin ia mampu maju sebagai
capres karena memiliki tingkat keterpilihan (elektabilitas) yang tinggi,
tingkat penerimaan yang kuat dari masyarakat (akseptabilitas), dan punya
kemampuan (kapabilitas) dalam memimpin.
Nama Rhoma Irama, maka pasti hampir
seluruh penduduk desa, yang paling ujung sekalipun, mengenal nama “raja
dangdut” itu. Polularitas, penggemar, dan simpatisan di seluruh wilayah
Indonesia, bahkan sampai di luar negeri, itulah yang dimiliki Rhoma Irama, dan
tidak dimiliki oleh capres-capres lain.
Selain karena yang bersangkutan sudah
dikenal publik secara luas di berbagai belahan Tanah Air, juga karena ia
memiliki integritas moral yang bisa dipertanggungjawabkan. "Bang haji ini
juga memiliki komitmen moral yang kuat. Dan bangsa ini butuh sosok yang
memiliki integritas moral seperti Bang Haji," [5]
Bila dikatakan popularitas Rhoma Irama
menjadi modal utama dirinya maju dalam pemilihan presiden, itu masih perlu kita
perdebatkan. Rhoma Irama adalah artis yang sudah tenar sejak tahun 1970, tentu
dari waktu ke waktu popularitas dirinya tidak seperti dulu, meski
popularitasnya mulai surut namun harus diakui masih ada.
Belajar dari kemenangan Presiden Barack
Obama dalam US Election 2012 ia menang karena didukung oleh anak-anak muda dan
kaum perempuan. Dengan belajar pada Barack Obama, bisa kita bandingkan bahwa
idola anak muda Indonesia saat ini pastinya bukan artis tahun 1970-an, 1980,
1990, atau 2000, namun era sekarang ini, yakni 2012, apa itu K-Pop. Dengan
demikian anak-anak muda kita tidak banyak tahu Rhoma Irama.
Kemudian perilaku Rhoma Irama yang sering
diungkap oleh Infotaiment seperti berpoligami atau nikah siri tentu juga
membuat kejengahan kaum perempuan kepada dirinya. Bila dua hal ini, yakni tidak
dikenal anak-anak muda dan kebencian dari kaum perempuan, maka suara yang
memilih akan sangat tipis.
Meski demikian, keinginan Rhoma Irama maju
dalam pemlihan presiden patut kita hargai dan apresiasi. Ini salah satu buah
dari era reformasi yakni adanya kebebasan menyatakan pendapat. Kesimpulannya,
kita boleh melakukan apa saja, kita boleh menyalonkan diri menjadi calon
presiden, namun semua yang kita lakukan itu harus ada artinya, harus mampu
menambah nilai-nilai kemajuan demokrasi.
c.
Aspek
Ekonomi
Rhoma Irama Dari Golongan ningrat yang
ekonominya bagus serta banyak yang mau mendukungnya jadi presiden 2014 jadi
ekonominya terbantu.
Fenomena Roma Irama saat melakukan show atau
pertunjukan orkes di Alun-alun kota maupun pedesaan, penggemarnya berjubel
sampai puluhan ribu orang, apalagi para Ulama dan Habib tampil dengan
memberikan siraman Rohani sebelum acara Orkes dangdut dimulai, niscaya seluruh
aparat keamanan harus diterjunkan agar tidak terjadi rusuh maupun “korban”
kesurupan dalam acara dangdutan tersebut.
Partai-partai yang mengusung nafas ke
Islaman pun ramai-ramai memberikan dukungan manis”sementara” pada Raja Dangdut
ini, tentu pada akhirnya juga ditentukan, Roma harus bayar mahar nantinya
saat deklarasi mereka umumkan menjelang pertengahan tahun 2013 mendatang.
Bila
Prabowo, Mega, Hatta Rajasa, tidak memiliki ramuan maut untuk mengganjal
Lajunya Roma Irama, bisa-bisa dalam perebutan kursi Presiden 2014 mendatang,
Roma sangat mudah menggapainya, bukankah pada tahun 1982 terjadi chaos di
Jakarta, saat Roma menjadi Jurkam PPP berkat bujukan H. Naro, maupun di tahun
1987 saat Safari Golkar dengan Artis pimpinan Edisud dan Acara dangdutan meriah
dimana-mana? oleh karena itu Mas Bowo harus memutar otak dengan tim suksesnya
agar peringkat number First one on survey tidak menggelinding ” terlalu”
jauh dan digantikan oleh sang Maestro Dangdut Rhoma Irama.
d.
Aspek
Sosiologi
Rhoma irama adalah sosok pendakwah serta
penyanyi dangdut yang terkenal, pendakwah yang di ikuti oleh banyak jamaahnya
dan penyanyi dangdut yang memiliki banyak penggemar, jadi tidak heran jika
Rhoma dan pendukung nya yakin untuk maju pada pencapresan 20014 kelak. Sikapnya
yang berani dan ramah membuat Rhoma irama di segani dikalangan masyarakat.
Rhoma merupakn sosok yang fenomena
karena mempunyai banyak penggemar dan pemujanya . Rhoma Irama memiliki
popularitas, kapabilitas dan integritas sebagai tokoh musik, seniman,
budayawan, pendakwah maupun politisi sebagai legenda musik Indonesia. Rhoma Irama sebagai legenda musik Indonesia.Meski berkiprah di
jalur dangdut, namun beliau tokoh pendakwah di Indonesia,[6]
Rhoma mengatakan, ada kekhawatiran anak
bangsa, umat Islam saat ini akan peran etnis tertentu (etnis Cina) yang semakin
agresif dalam dunia politik Indonesia. Selama ini mereka telah mengdominasi di
bidang ekonomi. Sekarang mereka, mulai masuk lagi ke bidang politik. Ini
mencemaskan dan mengelisahkan umat Islam.
“Ada suatu kelompok etnis, yang secara
ekonomi sudah sangat mengdominir perekonomian Indonesia. Dan, kali ini secara
politik mereka juga mulai agresif. Nah, inilah yang mencemaskan anak bangsa,
khususnya umat Islam. Karena melihat situasi politik sudah mulai tidak
proporsional. Dan, ini juga mengacu pada demokrasi ini terlalu dini untuk
mencapai demokrasi liberal seperti di Amerika.”
Dari argumen-argumen Rhoma Irama yang
sangat kental rasialis/SARA, dan bahkan cenderung sektarian tersebut, jelaslah
bahwa meskipun Rhoma mengatakan akan memperjuangkan Pancasila dan UUD 1945,
dalam kenyataannya wawasannya sangat bertolak belakang dengan semangat
kemajemukan bangsa ini, bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945 itu, yang
menjamin kesamaan hak dan kewajiban semua WNI tanpa memandang etnis apapun dia,
dan agama apapun dia.
Mayoritas warga DKI Jakarta itu Islam,
mayoritas yang memilih Jokowi-Ahok sebagai pimpinan baru mereka, sudah pasti
juga mayoritas Islam. Najwa Shihab, si tuan rumah Mata Najwa itu
juga Islam. Yang sudah pasti juga adalah mereka tidak berwawasan sesempit
Rhoma Irama itu, jadi sudah pasti bukan mereka yang tidak bisa terima, cemas
dan gelisah dengan terpilihnya Ahok sebagai Wakil Gubernur Jakarta.
Dari sini pulah dapat disimpulkan bahwa
salah satu misi dan visi Rhoma Irama yang ingin menjadi presiden adalah
menghilangkan kecemasan dan kegelisahan umat Islam versinya itu. Bagaimana
caranya, ya, dengan tidak memberi kemungkinan lagi etnis Tionghoa untuk masuk
ke dunia politik. Menghilangkan hak WNI etnis Tionghoa untuk menjadi bagian
dari pemerintahan negara ini. Mulai dari jajaran paling bawah sampai dengan
paling atas. Menjadi wakil gubernur saja tidak akan diperbolehkan, apalagi jadi
presiden. Ingat pula bahwa dalam ceramahnya itu Rhoma juga menyinggung soal
agama. Agama Ahok yang Kristen pun disinggung, sebagai alasan tidak bisa
menerima Ahok sebagai Wakil Gubernur Jakarta. Jadi, menurut capres Rhoma Irama
ini, etnis Cina dan Kristen tidak punya hak yang sama dengan WNI lainnya.
Apabila dia menjadi presiden, hak-hak asasi WNI itu akan dihapuskan.
Berarti pula, Pancasila dan UUD 1945 harus diamandemen lagi agar sesuai dengan
“visi dan misi Presiden Rhoma Irama.”
e.
Aspek
Geografis
Menurut salah
satu ahli geografi adalah aspek tentang pengaruh lingkungan terhadap manusia.
Dalam hal ini kami akan mencoba melihat lebih jauh mengenai perspektif
masyarakat terhadap pencalonan Rhoma Irama sebagai calon presiden RI dari aspek
geografisnya.
Beberapa
kalangan yang mendukung rhoma irama menjadi calon presiden sebagian besar dari
kiai-kiai, habaib serta alim ulama hampir di seluruh Indonesia. Beliau semua
mendesak Rhoma Irama untuk mencalonkan diri menjadi presiden karena menilai
sosok rhoma irama merupakan tokoh nasional yang sangat popular, di tengah
masyarakat khususnya masyarakat islam baik nasional maupun internasional. Para
ulama juga berkata, Anda telah jadi ikon dari umat, hanya Anda yang bisa
persatukan umat Islam, dan hanya Anda yang bisa bawa visi dan misi umat
Islam. Selain itu, Rhoma Irama juga
konsisten dalam menegakkan amar ma'ruf nahi munkar.
Dukungan juga
mengalir dari para fans Rhoma Irama yang tergabung dalam SFCI ( Soneta Fans
Club Indonesia. Diantaranya dari SFCI Lampung dan Jatim, mereka membulatkan
tekad dan menyatakan Kami Soneta Fans Club Indonesia Jawa Timur mendukung Bang
Haji Rhoma Irama sebagai calon presiden mendatang. Bersama puluhan anggota
SFCI, mereka membentangkan spanduk dan poster bertuliskan dukungan dan gambar
Rhoma Irama menunggu kedatangan raja dangdut di Terminal Kedatangan Internasional.
Dari beberapa
data diatas, kami berkesimpulan bahwa aspek geografis mengenai perspektif
masyrakat terhadap pencalonan Rhoma Irama sebagai calon presiden RI diantaranya
lingkungan ulama yang selalu ingin menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar.
Karena keadaan masyarakat bangsa Indonesia yang semakin memprihatinkan dari
segi pemikiran, akhlak dan prilaku para pemimpin dan masyarakatnya. Beliau
semua berpendapat Rhoma Irama mampu dalam melaksanakan dan mewujudkan hal-hal
tersebut apabila terpilih menjadi presiden RI.
f.
Aspek
Hukum dan HAM
Negara
kita merupakan negara demokrasi. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang Dasar
1945 pasal 28C ayat (2) yang berbunyi “Setiap orang berhak untuk memajukan
dirinya dalam memperjuangkan secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa
dan negaranya.” Dan pasal 28D ayat 3 yang berbunyi “Setiap warga Negara
Indonesia berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.”
Artis-artis yang kemudian dapat sukses di dunia politik tak hanya bermodalkan
kepopuleran, namun juga pengetahuan serta etika berpolitik. Mereka juga harus
dapat membuktikan serta menunjukan pada masyarakat bahwa menjadi seorang artis
tidak menutup kemungkinan untuk terjun di kancah perpolitikan pula.
Rhoma
mengatakan, ada kekhawatiran anak bangsa, umat Islam saat ini akan peran etnis
tertentu (etnis Cina) yang semakin agresif dalam dunia politik Indonesia.
Selama ini mereka telah mengdominasi di bidang ekonomi. Sekarang mereka, mulai
masuk lagi ke bidang politik. Ini mencemaskan dan mengelisahkan umat Islam.
“Ada suatu kelompok etnis, yang secara
ekonomi sudah sangat mengdominir perekonomian Indonesia. Dan, kali ini secara
politik mereka juga mulai agresif. Nah, inilah yang mencemaskan anak bangsa,
khususnya umat Islam. Karena melihat situasi politik sudah mulai tidak
proporsional. Dan, ini juga mengacu pada demokrasi ini terlalu dini untuk
mencapai demokrasi liberal seperti di Amerika.”
Dari argumen-argumen Rhoma Irama yang
sangat kental rasialis/SARA, dan bahkan cenderung sektarian tersebut, jelaslah
bahwa meskipun Rhoma mengatakan akan memperjuangkan Pancasila dan UUD 1945,
dalam kenyataannya wawasannya sangat bertolak belakang dengan semangat
kemajemukan bangsa ini, bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945 itu, yang
menjamin kesamaan hak dan kewajiban semua WNI tanpa memandang etnis apapun dia,
dan agama apapun dia.
Dalam UUD'45
Pasal 28 yang menyebutkan "Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan
undang-undang", kemudian pada Pasal 28C disebutkan
pula (1)Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya
dan demi kesejahteraan umat manusia. (2) Setiap orang berhak untuk memajukan
dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat,
bangsa, dan negaranya. Hal ini menunjukkan bahwa hukum di Indonesia
menjunjung tinggi hak warga negaranya dalam berpolitik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rhoma Irama maju dalam
pemilihan presiden ini adalah rangkaian dari proses politik yang terjadi di
Indonesia semenjak era reformasi, di mana banyak artis menjadi anggota DPR,
DPD, dan DPRD, serta menjadi kepala daerah atau wakilnya. Para artis terjun
dalam dunia politik, disebabkan karena kemauan dirinya sendiri, ada pula karena
diajak dan difasilitasi oleh partai politik.
Menarik mencermati alasan mengapa Bang Haji
Rhoma Irama mencalonkan diri sebagai Capres 2014. Dalam acara di salah satu
channel TV, secara tersirat, alasan Bang Haji Rhoma Irama mencalonkan diri
adalah karena tidak ingin Indonesia dikuasai oleh agama tertentu yang berbeda
dari agama Bang Haji Rhoma Irama. Dalam pandangannya tersebut, dapat ditarik
kesimpulan, bahwa Bang Haji Rhoma Irama tidak merelakan jika semua etnis,
golongan dan agama memiliki kedudukan yang sama.
Apa yang dilakukan oleh pria yang akrab
disebut dengan Bang Haji itu syah-syah saja. Setiap orang Indonesia berhak
dipilih dan memilih meski dalam kelanjutannya untuk menjadi calon presiden dan
maju dalam pemilihan presiden, ia harus memenuhi syarat-syarat tertentu,
seperti harus didukung partai politik dan setia kepada negara dan bangsa
Indonesia.
Namun banyak orang yang mencibirkan dia
ketika dirinya mengatakan sudah mantap untuk maju sebagai calon presiden.
Cibirannya itu seperti ia bukan sebagai elit partai politik sehingga partai
mana yang mengusung dirinya ketika maju dalam pemilihan presiden belum jelas.
Dalam berpolitik pun ia terkesan sebagai
kutu loncat, ia pernah di PPP, (Partai) Golkar, dan PKB. Dan cibiran yang
paling dahsyat adalah perilaku dirinya selama ini, seperti bersikap rasis saat
Pilkada Jakarta 2012, berkonflik dengan Inul Daratista, dan masalah-masalah
pribadinya yang diungkap oleh infotaiment.
Cita-cita dianggap hanya bisa terwujud
apabila Indonesia dipimpin oleh sosok yang beriman kepada Allah, berakhlak,
berwawasan luas, dan memunyai keinginan kuat menyempurnakan Indonesia.
B. Saran
Penulis sadar
bahwa dalam pengambilan sub bahasan dalam makalah ini masih banyak kekurangan
sehingga dalam penyusunan berikutnya dapat dilengkapi dengan materi-materi
tambahan sebab keterbatasan referensi yang penulis miliki.
DAFTAR PUSTAKA
1.
VIVAnews- Arie Dwi Budiwati
2.
jakarta – KabarNet
3.
Kompas.com di Jakarta, Selasa (13/11/2012
5.
Thoriq Syakrani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar